Pimpinan Eksekutif Google, Eric Schmidt, menyebut peretas Cina sebagai yang paling canggih dan produktif menyasar perusahaan asing. Pernyataan itu dikutip dari bocoran naskah untuk buku terbarunya, The New Digital Age, yang akan diterbitkan April mendatang.
"Perbedaan antara perusahaan Amerika dan Cina dan taktik mereka akan meletakkan baik pemerintah maupun perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat pada kerugian yang berbeda," tulis Schmidt, seperti dikutip Wall Street Journal. Ia berpendapat bahwa kejahatan cyber yang didukung negara untuk keuntungan ekonomi dan politik itu menjadi ancaman global.
Schmidt menulis buku itu bersama Jared Cohen, seorang mantan penasehat pemerintah AS. Buku terbaru itu akan diterbitkan oleh Random House.
Amerika Serikat, katanya, tidak akan mengambil jalan yang sama dalam spionase korporasi digital, karena hukum di negeri itu jauh lebih ketat. "Ini bertentangan dengan aturan tentang fair play," katanya. Hal sebaliknya terjadi di Cina.
Namun, dalam buku ini mereka mengakui bahwa AS juga untuk beberapa kasus melakukan hal yang sama seperti Cina. Keduanya menyoroti peran negara dalam penyebaran virus Stuxnet, yang sengaja dilakukan pada tahun 2010. Virus ini awalnya dibuat oleh pemerintah AS dan Israel untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.
| |