Meski punya tubuh yang unik tanpa rambut bahkan alis, Doratea Abi (18), gadis asal Nunpene, Desa Oesena, Kecamatan Miomafo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, sering menjadi juara kelas.
Namun, gadis yang sempat mengungkapkan cita-cita ingin menjadi wartawan itu terancam putus sekolah karena orangtuanya tidak punya biaya untuk membayar uang sekolahnya.
"Bapa dan mama menyuruh saya untuk berhenti sekolah karena tidak punya uang lagi, padahal tanggal 4 Juni 2012 nanti saya harus mengikuti ujian kenaikan kelas," kata Doratea belum lama ini.
Ia mengatakan, kondisi keuangan keluarganya pas-pasan karena pekerjaan ayahnya, Fransiskus Abi, dan ibunya, Susana Sena, sebagai penjual garam tidak bisa membantu keinginan kuatnya untuk terus bersekolah.
Meskipun begitu, hal itu tidak menjadikan penghalang baginya untuk tetap bersekolah. "Uang sudah tidak ada lagi kakak. Jadi, saya minta tolong, kalau ada kerja apa saja tolong informasikan untuk saya, biar saya bisa kerja karena yang penting saya bisa selesaikan sekolah sampai tamat," kata Doratea.
Doratea menambahkan, uang sekolahnya belum dibayar sejak bulan Maret sampai Juni, yakni sebanyak Rp 750.000 dan untuk uang surat pembuktian penyetoran (SPP) sebanyak Rp 700.000 belum dibayar sama sekali. Adapun uang sekolah sebelumnya dibayar dengan menggunakan beasiswa yang didapatnya.
"Sebelumnya pada semester I saya dapat beasiswa, jadi bisa membantu membayar uang sekolah. Tetapi pada semester sekarang belum dapat sehingga saya sempat meminta bantuan kepada teman-teman dan guru-guru," ungkap Doratea.
Sementara itu Fransiskus Abi mengatakan, dirinya terpaksa menyuruh anaknya berhenti sekolah karena usaha menjual garam yang dilakoninya sementara ini sepi pelanggan yang berakibat keuangan dalam rumah menurun drastis.
"Jangankan untuk membiayai sekolah anak, untuk makan sehari-hari saja kita sudah susah, jadi terpaksa saya menyuruh Doratea untuk berhenti sekolah," kata Abi.
Padahal, menurut Abi, anaknya Doratea, memiliki kelebihan khusus, yakni sering mendapat ranking I sejak SD sampai SMA.
"Prestasinya yang paling menonjol khusus dalam bidang studi Bahasa Indonesia dan Inggris. Padahal, kami orangtuanya buta huruf dan berpenghasilan pas-pasan," kata Abi.
Doratea pun sering mengikuti perlombaan mengarang dan pidato dalam bahasa Inggris di tingkat kabupaten dan sempat mendapat juara I dan III.
Diberitakan sebelumnya, selain Doratea, adiknya, Kristoforus Abi (12), juga mengalami keterbatasan fisik yang sama, yakni sejak lahir tidak memiliki rambut dan alis mata. Namun, mereka tetap bersekolah. Doratea saat ini duduk di kelas II sekolah menengah ekonomi atas (SMEA), sedangkan Kristoforus kelas VI SD.