Mulai pertengahan tahun ini, usaha budidaya ternak cacing jenis lumbricus mengalami kemajuan. Permintaan pasar cenderung meningkat secara signifikan. Seperti dialami petani anggota Asosiasi Peternak Cacing Vermesta Farm arum, Tempuran, Kabupaten Magelang.
"Sejak awal September lalu, permintaan cacing terus bertambah sampai kami kewalahan melayani konsumen dan harus meningkatkan produksi," kata Imam Fauzan (40), ketua asosiasi tersebut, Kamis (18/10). Semula, menurut dia, para peternak tidak pernah menyangka bila pangsa pasar cacing jenis ini sangat bagus. Para konsumen kebanyakan adalah para pemilik kolam pemancingan ikan, dan peternak itik dari berbagai wilayah Kabupaten Magelang.
Cacing lumbricus warna merah haga jualnya saat ini Rp 40.000/kg. Tapi yang paling laris dalam kemasan (media) seharga Rp 3.000 per bungkus ukuran 0,5 ons. "Cacing itu dijadikan pakan ikan, serta bahan baku membuat pelet pakan itik," ujarnya. Imam mengatakan, cacing dalam media itu bisa bertahan hingga satu bulan di tempatnya, namun biasanya belum habis satu bulan sudah terjual.
Pembudidaya cacing lumbricus biasa menggunakan media berupa tanah yang mengandung bahan organik dalam jumlah besar. Dalam hal ini media dapat berupa serbuk kayu (grajen) atau ampas pati onggok yang ditempatkan pada kotak kayu / bambu ukuran lebar 80 cm dan tinggi 5 cm. Panjang bisa disesuaikan lokasi.
Setelah siap, telur - telur dibenamkan dalam media. Untuk pakan bisa diberi ampas tahu atau limbah sayuran. "Bila media di tanah langsung lebih mudah dalam memberi pakan. Bisa rumput, pepaya busuk atau limbah hijau lainnya," kata Maksum (59), salah satu peternak cacing.
Menurut dia, untuk pertumbuhan yang baik, cacing lumbricus memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau Ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi begitu, bakteri dalam tubuh cacing dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi. Cacing lumbricus bisa dipanen setelah umur tiga bulan.
"Sejak awal September lalu, permintaan cacing terus bertambah sampai kami kewalahan melayani konsumen dan harus meningkatkan produksi," kata Imam Fauzan (40), ketua asosiasi tersebut, Kamis (18/10). Semula, menurut dia, para peternak tidak pernah menyangka bila pangsa pasar cacing jenis ini sangat bagus. Para konsumen kebanyakan adalah para pemilik kolam pemancingan ikan, dan peternak itik dari berbagai wilayah Kabupaten Magelang.
Cacing lumbricus warna merah haga jualnya saat ini Rp 40.000/kg. Tapi yang paling laris dalam kemasan (media) seharga Rp 3.000 per bungkus ukuran 0,5 ons. "Cacing itu dijadikan pakan ikan, serta bahan baku membuat pelet pakan itik," ujarnya. Imam mengatakan, cacing dalam media itu bisa bertahan hingga satu bulan di tempatnya, namun biasanya belum habis satu bulan sudah terjual.
Pembudidaya cacing lumbricus biasa menggunakan media berupa tanah yang mengandung bahan organik dalam jumlah besar. Dalam hal ini media dapat berupa serbuk kayu (grajen) atau ampas pati onggok yang ditempatkan pada kotak kayu / bambu ukuran lebar 80 cm dan tinggi 5 cm. Panjang bisa disesuaikan lokasi.
Setelah siap, telur - telur dibenamkan dalam media. Untuk pakan bisa diberi ampas tahu atau limbah sayuran. "Bila media di tanah langsung lebih mudah dalam memberi pakan. Bisa rumput, pepaya busuk atau limbah hijau lainnya," kata Maksum (59), salah satu peternak cacing.
Menurut dia, untuk pertumbuhan yang baik, cacing lumbricus memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau Ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi begitu, bakteri dalam tubuh cacing dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi. Cacing lumbricus bisa dipanen setelah umur tiga bulan.